Sistem Urinari



  1. TUJUAN
    1. Mengenal anatomi ginjal
    2. Mengenal fisiologi ginjal
    3. Mengenal beberapa karakteristik urina
  2. TEORI
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Sistem perkemihan melibatkan 4 organ, yaitu:

  1. Ginjal
  2. Ureter
  3. Kandung Kemih
  4. Saluran Kencing (Uretra)
Organ yang paling berperan dalam hal ini adalah Ginjal
Gambar 8.1 Anatomi Ginjal Manusia
Ginjal memiliki fungsi yaitu:
  1. Pengeluaran zat sisa oranik
  2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
  3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
  4. Pengaturan produksi sel darah merah
  5. Pengaturan tekanan darah
  6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah
  7. Pengeluaran zat beracun
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis, di bawah liver dan limphe. Di bagian superior ginjal terdapat adrenal gland (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Pada orang dewasa, panjang ginjal sekitar 12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal 2,5 cm dan beratnya ± 140 gram ( pria=150 – 170 gram, wanita = 115-155 gram).
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25 ningga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria.
Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria:
(1) Sebagai tempat penyimpanan urine
(2) mendorong urine keluar dari tubuh.
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.
Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai sebagian besar nefron pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai satu sampai empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron
Gambar 8.2 Anatomi ginjal
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.
  1. Korteks : bagian luar dari ginjal
  2. Medula : Bagian dalam dari ginjal
  3. Piramid : Medula yang terbagi-bagi menjadi baji segitiga
  4. Kolumna Bertini ; Bagian korteks yang men gelilingi piramid.
  5. Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
  6. Pelvis: Reservoar utama sistem pengumpulan ginjal.
  7. Kaliks minor: bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami penyempitan karena adanya duktus papilaris  yang  masuk ke bagian pelvis ginjal.
  8. Kaliks mayor: Kumpulan dari beberapa kaliks minor.
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
Dapat dibedakan dua jenis nefron:
  1. Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
  1. Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex
Bagian-bagian nefron:
a.  Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
b. Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu:
  1. Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
  2. Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmitik darah.
  3. Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula bowman bekerja sama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula bowman.
Proses pembentukan urine
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Ada tiga tahap pembentukan urine:
1)      Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2)      Proses  reabsorpsi
Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat.
Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tublus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3)      Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
Peredaran darah ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabanganarteri arteri renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Di sini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembu;uh darah yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.
Reabsorpsi dan sekresi tubulus
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai urine beberapa zat diabsorpsi kembali secara selektif dari tbulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain de sekresikandari darah ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus).
Ekskresi urine – Filtrasi glomerulus – Reabsorpsi tubulus + Sekresi tubulus
  1. Reabsorpsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang  yang difiltrasi secara bebas dalam ginjaldan diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat dapat dihitung sebagi berikut.
Filtrasi – Kecepatan filtrasi glomerulus x Kecepatan plasma
Penghitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat pada protein plasma.
Kebanyakan zat proses filtrasi golmerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuntitatif relatif sangat besar terhadap sekresi urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi glomerulus atau reabsorpsi secara potensial dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan seperti ureum dan kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan diekskresi dalam jumlah yang relatif besar.
Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor melintasi membran epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut dapat ditranpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui ruang sambungan antar-sel (jalur para seluler). Setelah diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial air dan zat terlarut ditranpor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.
Traspor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATF) disebut transfor aktif primer. Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber energi seperti yang diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif sekunder.
b.    Reabsorpsi tubulus proksimal
Secara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.
Sel tubuh proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan membran brush boerder dimuati molekul protein yang mentranspor ion natrium melewati membran lumen yang bertalian dengan mekanisme transpor nutrien organik (asam amino dan glukosa). Tubulus proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti garam garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.
Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk mempertahankan suatu keseimbangan yang tepat antara reabsorpsi tubulus dan filtrasi glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor hormonal, dan kontrol setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus untuk mengatur filtrasi glomerulus maka reabsorpsi beberapa zat terlarut dapat diatur secara bebas terpisah dari yang lain terutama melalui mekanisme pengontrolan hormonal.
Abnormalitas kongenital
Kelainan kongenital ginjal dapat terjadi, termasuk:
  1. Tidak terdaptnya ginjal.
  2. Ginjal berbentuk seperti sepatu kuda.
  3. Kista ginjal, dimana ginjal mempunyai kista dalam jumlah yang besar sebagai akibat dari kesalahan perkembangan dalam perkembangan tubulus.
Penyakit ginjal
Penyakit pada ginjal dapat mengganggu fungsi nefron, dan apabila sejumlah besar nefron mengalami kerusakan maka akan terjadi kerusakan fungsi ginjal: sekresi urina hilang, albumin atau darah dapat terlihat pada urine, produk metabolisme (misalnya urea) yang seharusnya di ekskresi tidak diekskresi dan terjadi penumpukan dalam darah, serta keseimbangan asam basa tubuh menjadi terganggu.
Pada glomerulus nefritis akut ginjal mengalami perbesaran, glomerulus merupakan bagian khusus yang terkena. Pada sindroma nefrotik terdapatnya protein dalam urine menyebabkan terjadinya retensi cairan dalam jaringan. Pada glikosuria renalis glukosa bocor ke dalam urine sebagai akibat kelainan kongenital pada anatomi dan fungsi nefron.
Gagal ginjal akut dapat timbul sebagai akibat:
  1. Gangguan sirkulasi renalis (misalnya pada syok, penurunan curah jantung ditujukan pada otak dan jantung menyebabkan kerusakan pada ginjal).
  2. Glomerulo nefritis berat
  3. Penyumbatan traktus urinarius oleh batu ginjal.
Bila gagal ginjal terjadi pada beberapa jam, tubulus ginjal akan mengalami kerusakan permanen. Pada urine yang disekresi terhenti sama sekali (terjadi urinarius) atau berkurang dalam jumlah yang sangat kecil (oligura), terdapat perubahan keseimbangan asam basa yang berat dan produk akhir metabolisme tubuh tidak diekskresi. Gagal ginjal kronik merupakan akibat dari kerusakan nefron yang permanen ole penyakit ginjal apa saja yang berat, adanya bukti terjadi gagal ginjal terlihat apa bila sekitar 75% dari nefron sudah tidak berfungsi.
Pada diabetik insipidus antidiuretik hormon tidak dibentuk oleh kompleks hipotalamuspituitari dan sebagai konsekuensinya air tidak direabsorpsi dalam duktus kolektikus, dan pasien mengeluarkan jumlah urine banyak yang pekat.
Abnormalitas kandungan urine:
  1. Glukose
  2. Benda-benda keton
  3. Garam empedu
  4. Pigmen empedu
  5. Protein
  6. Darah
  7. Beberapa obat-obatan
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter  sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding abdomen terdiri dari:
  1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)
  2. Lapisan tengah lapisan otot polos
  3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan mesenterium.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri hemoroidalis mediaPada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
Pembuluh darah ureter
  1. Arteri renalis
  2. Arteri spermatika interna
  3. Arteri hipogastrika
  4. Arteri vesika inferior
Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus vagusrantai eferen dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.
Vesika urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius
Histofisiologi Ginjal
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di resorpsi lagi keluar dari tubulus.
Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan ekskresi, dimana beberapa bahan seperti : glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus. Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya anti-diuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air.



Pelvis Renalis
Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis.
Bangun histologinya adalah sebagai berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.
  1. Alat dan Bahan
Alat      :
Peralatan Bedah, indicator universal, mikroskop, tabung reaksi, pipet tetes, kaca objek dan penutup mpreparat, Gelas ukur 10ml, Kompor spritus, penjebit tabung reaksi, asbes dan kaki tiga, gelas kimia 250ml dan 100ml.
Bahan  :
Tikus Putih 1 ekor, Perak nitrat, Asam Nitrat, Larutan Na.nitroprusida, Larutan KOH/NaOH 1N, Asam Asetat pekat, asam asetat glacial, aquadest.
  1. Prosedur
  2. Anatomi sistem urinari tikus
Di korbankan seekor  tikus putih menggunakan eter anastetika atau denan cara memukulkan tekuknya dengan benda tajam, di buat torehan midsagittal dan trasversal sehingga isi perutnaya terlihat, kemudian di amati susunan organ yang terlihat dalam sistem eksresi, di identifikasi masing-masing orangnya kemudian di gambarkan .
  1. Fisiologi sistem urina
Di ambil contoh urin dari anggota kelompok kurang lebih 100 ML .
ü  Penetapan urea
Disiapkan kaca obyek lalu di tetesi sebanyak 2 tetes urina, kemudian teteskan 2 tetes asam nitrat, dipanaska perlahan-lahan atau biarkan cairan menguap . diamati dibawah mikroskop Kristal rhombis atau hexagonal dari urea nitrat.
ü  Penetapan ion klorida
Disiapkan tabung reaksi lalu diisi 5 ML urin kemudian tetesi dengan beberapa tetes perak nitrat, kekeruhan atau endapan putih menunjukan adanya ion klorida.
ü  Penetapan aseton ( metode legal-kualitatif )
Di basakan 2-3 ML urin dengan larutan KOH/NAOH, kemudian tambahkan beberapa tetes larutan  Na-nitoprusid , lalu kocok. Ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat kemudina kocok. Warna ungu sampai merah ungu menunjukan adanya aseton, warna merah juga menunjukan adanya alcohol, asam asetan, aldehid, dan asam diasetat ( badan keton)
ü  Penetapan kualitatif albumin
Disiapkan satu tabung reaksi, lalu isi dengan larutan urin sebanyak 1/3 isi tabung di didihkan kemudian amati perubahan yang terjadi pada larutannya.
Ditambahkan 2-3 tetes larutan asam asetat glacial dengan air perbandingannya (1:1) kemudian kocok baik-baik. Kekeruhan yang timbul menunjukan adanya albumin, sedangkan derajat kekeruhan menunjukan jumlah albumin yang ada.dicatat hasil pengamatan pada data albumin. Yang dimana :
-          Bila urin menjadi keruh  setelah pendidihan dan menjadi jernih kembali setelah penambahan asam asetat maka menunjukan adanya fosfat.
-          Bila selama penambahan asam asetat terjadi gelembung udara maka hal tersebut menunjukan adannya kalsium karbonat atau amunium karbonat.
-          Bila urin keruh, tetapi kemudian jernih setelah pendidihan dan terjadi tepi timbul lagi kekeruhan setelah penambahan asam maka senyawa uratbyang dikandung hanya sedikit.
-          Bila urin keruh , dan tetap keruh setelah pendidihan maupun pada saat penambahan asam, maka dapat disimpulkan urin mengandung mikoorganisme.
-          Bila kekeruhan timbul setelah pendidihan dan tetap saja keruh atau tambah keruh maka menunjukan adanya albumin.
Maka untuk memudahkan melihat atau menentuka suatu kekeruhan dapat dibandingkan dengan melihat tabun yang berisi urin saja
  1. Data Pengamatan
  • Anatomi system urinaria Tikus
  • Urine Scan (Urine wanita)
  1. Blood                      : (-)
  2. Bilirubin                  : 0,5 mg / 100 ml
  3. Urdbilinogen           : 4 mg
  4. Keton                      : 0 – 5 mg
  5. Protein                    : 10 mg
  6. Nitrin                      -)
  7. Glukosa                   Description: :(-)
  8. pH                           : 6 -7
  9. Spez Gew                : 1,025
  10. Leukozyten              : 25 ml
  11. Askorbik Acid          : 50 mg / 100 ml
  • Penetapan adanya suatu senyawa dalam urin
No
Penetapan adanya senyawa
Urine + …
Hasil Pengamatan
1
Penetapan Urea
-

Hexagonal
2
Penetapan Ion Klorida
AgNo3
ü
Endapan Cl
3
Penetapan Aseton
Asam Asetat P
        x
Jernih, Warna tidak berubah
4
Penetapan Kualitatif Albumin
Pendidihan

Keruh

Albumin
-
ü
Keruh
Fosfat
Asam Asetat Glasial
ü
Jernih Kembali
CaCo3 / Amonium Karbonat
   x
Tidak ada gelembung
Urat
   x
Tidak keruh kembali
Mikroorganisme
        x
Jernih
  • Urin yang dilihat pada mikroskop
  1. VI.               Pembahasan
Pada percobaan kali ini, telah dilakukan percobaan system urinaria. Prosedur oertama dilakukan pembedahan pada tikus, tikus yang digunakan adalah tikus jantan.Terlihat bagian dalam tikus salah satunya adalah system reproduksinya, yaitu adanya ureter, testis, dan ginjal. Digunakannya hewan tikus dalam percobaan ini dikarenakan anatomi dan terminologi pada system tubuh tikus, dapat mewakili anatomi dan terminologi pada manusia.
Selanjutnya dilakukan percobaan fisiologi system urina, dengan mengambil contoh urin dari seseorang sejumlah kurang lebih 100ml.Pada penetapan urea dengan mikroskopis, didapat hasil hexagonal.
Dalam penetapan ion klorida didapat hasil adanya endapan putih yang menandakan adanya ion klorida dalam urin, Suatu urine apabila tidak mengandung klorin, maka urine tersebuttermasuk urine yang tidak normal. Klorida harus dikeluarkan dari dalam tubuh.Karena apabila klorida berada dalam tubuh terus-menerus, maka akan terjadi suatupenyakit. Klorida bersifat racun apabila di pendam dalam tubuh. Klorida dikeluakan bersama urine yang berionisasi  dengan  Na+. Maka  dari itu, urine  rasanya  asin.
Pada penetapan kadar aseton dalam urin, hasilnya menunjukkan dalam urin tersebut tidak terdapat aseton ataupun alcohol dalam urine tersebut,  karena warna urine tetap seperti warna asalnya (kuning) dan tidak berubah menjadi warna ungu ataupun merah ungu setelah ditambahkan larutan NaOH/KOH.
Kemudian dilakukan penetapan kualitatif albumin dalam urin.Didapat hasil urin menjadi keruh setelah pendidihan, ini berarti menunjukkan dalam urin tersebut terdapat adanya albumin. Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60 % dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urin berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.Karena dalam keadaan normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh glomerulus ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urine. Protein darah merupakan molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar sehingga pada orang yang normal, tidak akan bisa menembus saringan ginjal pada bagian glomerulus. Jika ditemukan protein di dalam urine, itu artinya saringan yang ada di glomerulus tersebut telah rusak dan jebol. Dengan rusaknya saringan di glomerulus tadi maka dapat menyebabkan zat – zat lain yang seharusnya disaring oleh glomerulus juga akan ikut lewat. Sebagai catatan, jika telah lolos dari saringan di glomerulus, protein tidak akan direabsorpsi lagi pada bagian tubulus sehingga akan keluar melalui urine. Berbeda dengan zat – zat lain yang ukuran molekulnya lebih kecil, seperti glukosa, yang masih bisa reabsorpsi pada bagian tubulus. Itulah sebabnya mengapa protein dalam urine biasa dignakan sebagai parameter untuk menentukan ada tidaknya kerusakan pada ginjal. Albuminuria mungkin terjadi pada yang normal, individu yang sehat berdiri dan bergerak tentang (proteinuria postural), setelah latihan berat, selama stres emosional yang berat, dan setelah terpapar suhu yang sangat dingin seperti mandi dingin. Hal ini juga dapat terjadi dengan tinggi demam dan dehidrasi. Kehadiran terus-menerus dalam jumlah besar albumin berhubungan dengan penyakit ginjal.
Urine yang telah didihkan kemudian ditambah dengan Asam Asetat Glasial, untuk mengetahui keberadaan senyawa lain dalam urine, dengan mengamati perubahan nya dapat dilihat adanya keberadaan senyawa lain dalam urine. Setelah pendidihan menghasilkan endapan, setelah ditambah asam asetat glacial menjadi jernih kembali menandakan adanya fosfat dalam urine, fosfat dalam urine memnag normal adanya harus dikeluarkan dalam sisa metabolisme kurang lebih 0,12%. Setelah pendidihan menghasilkan endapan, setelah ditambah asam asetat glacial menjadi adanya gelembung menandakan adanya senyawa kalsium atau ammonium dalam urin, namun hasil menyatakan tidak adanya gelembung, normalnya urin memang terdapa ammonium kurang lebih 0.05% dalam urin an kalsium kurang lebih sebanyak 0.015%, jumlah yang sangat kecil sekali sehingga bias dikarenakan jumlahnya sangat kecil, gelembung dalam urin menjadi tidak terlihat.
Setelah pendidihan menghasilkan endapan, setelah ditambah asam asetat glacial menjadi jernih kembali, berarti urin tidak terdapat urat/ asam urat karena asam urat terlihat dari urin yang apabila kondisi awal keruh, tetap keruh setelah pendidihan dan timbul lagi kekeruhan setelah  penambahan asam. Asam urat dalam urine terlihat karena pH urine yang terlalu asam.
Jika urin keruh, tetap keruh setelah pendidihan dan setelah penambahan asam, itu menunjukkan adanya mikroorganisme dalam urin. Hasilnya tidak terdapat mikroorganisme dalam urin tersebut.Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihunioleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarangterjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum(daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai kekandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.
            Pada test urin dalam urine scan, Tidak adanya darah dalam urin ini, berarti murin tersebut diambil dalam kondisi  normal, tidak dalam kadaan haid atau pendarahan.tidak terdapat juga glukosa dalam urine berarti orang tersebut sehat tidak terindikasi penyakit diabetes.Hasil urin scan juga menunjukkan tidak ada nitrit dalam urin, Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Pada pengujian pH urin, terdapat hasil pH urinnya adalah 6-7 itu berarti urine mendekati pH netral. Nilai pH suatu urine dapat pula dijadikan penentu normal atau tidaknya urinetersebut, pH urine yang normal berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebihasam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin akan menjadi lebih basa jikamengkonsumsi banyak sayuran. Urine yang telah melewati temperatur ruanganuntuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri dan orang yangVegetarian urinennya juga sedikit alkali. Jadi, pH urine sempel di atas, termasuk pHurine yang normal. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urine.
 
  1. Kesimpulan
  • Dalam tubuh katak, terdapat system urinaria secara lengkap
  • Dalam pengamatan fisiologi system urinaria menunjukkan dalam urin terdapat adanya Ion Klorida, Albumin, Fosfat.
  • Dalam pengamatan fisiologi system urinaria menunjukkan dalam urin tidak terdapat adanya keton, Kalsium, Amonia,Asam Urat, dan Mikroorganisme.
  • Dalam pengamatan fisiologi system urinaria menggunakan urine scan menunjukkan dalam urin terdapat adanya Bilirubin, Urdbilinogen, keton, protein, Spez Gew, Leukozyten, Askorbik Acid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analgetik, Antipiretik, AntiInflamasi

Sistem Endokrin

PELAYANAN FARMASI KLINIK (PERMENKES 72 2016)