Unguenta (Salep)
A. Pengertian
Salep
Menurut FI.
IV, salep adalah sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan
lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika
adalah 10 %.
B. Penggolongan
Salep
(1) Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
(a)
|
Unguenta :
|
adalah salep
yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa
tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
|
(b)
|
Cream :
|
adalah salep
yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci
dengan air.
|
(c)
|
Pasta :
|
adalah suatu
salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal
karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
|
(d)
|
Cerata :
|
adalah suatu
salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes), sehingga
konsistensinya lebih keras.
|
(e)
|
Gelones Spumae
: (Jelly)
|
adalah suatu
salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin
digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya
terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang
rendah.
|
(2) Menurut Efek
Terapinya, salep dibagi atas :
§ Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada
permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan
efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan
antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik
adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
§ Salep Endodermic
Salep dimana bahan
obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian.
Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep
yang baik adalah minyak lemak.
§ Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan
obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan
karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa
Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan
oleum cacao.
(3) Menurut
Dasar Salepnya, salep dibagi atas :
(a)
|
Salep hydrophobic
|
yaitu salep-salep dengan bahan dasar
berlemak, misalnya: campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak
tercuci dengan air.
|
(b)
|
Salep hydrophillic
|
yaitu salep yang kuat menarik air,
biasanya dasar salep tipe o/w atau seperti dasar hydrophobic tetapi
konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran
sterol dan petrolatum.
|
C. Dasar Salep
Menurut
FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang
dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat
menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
1). Dasar Salep
Hidrokarbon
Dasar salep ini
dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep
putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama
sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam
waktu lama.
2). Dasar Salep Serap
Dasar salep serap
ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok
pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin
anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
3). Dasar Salep yang
dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini
adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar
salep ini dinyatakan juga sebagai dapat
dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga
lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi
lebih efektif menggunakan dasar salep
ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini
adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologik.
4). Dasar Salep Larut
Dalam Air
Kelompok ini disebut
juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis
ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin,
lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Pemilihan
dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan,
sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat
yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada
dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif
dalam dasar salep yang mangandung air.
Beberapa contoh – contoh dasar salep :
1
|
Dasar salep hidrokarbon
|
Vaselin putih ( = white petrolatum =
whitwe soft paraffin), vaselin kuning (=yellow petrolatum = yellow soft
paraffin), campuran vaselin dengan cera, paraffin cair, paraffin padat,
minyak nabati.
|
2
|
Dasar salep serap
(dasar salep absorbsi)
|
Adeps lanae, unguentum simpleks (cera
flava : oleum sesami = 30 :
70), hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl alkohol : kolesterol
= 86 : 8 : 3 : 3 )
|
3
|
Dasar salep dapat
dicuci dengan air
|
Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti
vanishing cream), emulsifying ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic
ointment.
|
4
|
Dasar salep larut air
|
Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG,
tragacanth, gummi arabicum
|
Kualitas dasar salep yang baik adalah:
1.
Stabil, selama
dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar.
2.
Lunak, semua zat
yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak
dan homogen.
3.
Mudah dipakai
4.
Dasar salep yang
cocok
5.
Dapat
terdistribusi merata
D. Ketentuan
Umum cara Pembuatan Salep
(1) Peraturan
Salep Pertama
Zat-zat yang dapat
larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
(2) Peraturan Salep
Kedua
Bahan-bahan yang
dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih
dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh
basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
(3) Peraturan
Salep Ketiga.
Bahan-bahan yang
sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih
dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
(4) Peraturan Salep Keempat
Salep-salep yang
dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.
E. Cara Pembuatan Salep Ditinjau Dari Zat
Berkhasiat Utamanya
(1) Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam
dasar salep
§
Camphora
(a)
|
Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan dalam
pot salep tertutup (bila tidak melampaui daya larutnya)
|
(b)
|
Bila dalam resep terdapat minyak‑lemak maka kamfer
dilarutkan dalam minyak
lemak tsb.
|
(c)
|
Bila kamfer bersama‑sama, menthol, salol, atau zat lainnya yang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik
eutentik) maka kamper dicampur dg
sesamanya supaya mencair baru ditambahkan dasar salep.
|
(d)
|
Jika a,b,c, tidak ada maka kamfer diberi etanol 95%
atau eter, kemudiaan digerus dengan dasar salep.
|
Contoh – contoh resep
R/
|
Camphorae
Vaselin falv.
m.f. ungt
s.ungt.camphoratum
|
1
9
|
R/
|
Camphorae
Ol. Cocos.
Adeps lanae
m.f. ungt.
|
1
1
18
|
||
R/
|
Mentholi
Camphorae
aa
Lanolin
Ungt. Acid Salycylas
m.d.s.u. e
|
0,3
5
15
|
|||||
§
Pellidol
Larut 3% dalam vaselin dan 7% dalam minyak lemak maka
Pellidol dilarutkan bersama‑sama dasar salep yang di cairkan, bila dasar salep
disaring maka pellidol juga ikut disaring dan jangan lupa menambahkan 20%.
Kalau jumlahnya melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang
sudah dicairkan.
Contoh resep :
R/
|
Pellidol
Zinci Oxyd. Ungt.
m.d.s.ad. us.ext.
|
0,1
20
|
R/
|
Pellidol
Zinc.Oxyd. Liniment.Oleos
m.d.s. ad. Us .ext.
|
0,5
25
|
§ Iodium
(a)
|
Kalau memenuhi kelarutan dikerjakan seperti pada kamfer (1a)
|
(b)
|
Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti
pada Unguentum Iodii dari farmakope Belanda).
|
(c)
|
Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian tambahkan dasar
salep.
|
Contoh resep :
R/
|
Iodii
Kalii iodii
Aq.dest.
Ungt. simplex
m.d.s.u.e.
|
2
3
5
90
|
Caranya : larutkan KI
dalam air lalu tambahkan iodium hingga larut, setelah itu gerus bersama
unguentum simplex hingga homogen.
|
(2) Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air
§
Protargol
(argentum proteinatum)
(a)
|
Larut dalam air
dengan jalan menaburkan diatas air kemudian didiamkan selama 15 menit
ditempat gelap.
|
(b)
|
Bila dalam resep
terdapat gliserol, maka Protargol digerus dengan gliserin baru ditambah air,
dan tidak perlu ditunggu 15 menit (gliserol mempercepat daya larut protargol
dalam air).
|
§
Colargol (argentum
colloidale)
Sama
dengan Protargol dan air yang dipakai 1/3 kalinya.
§
Argenti Nitras
Jika dilarutkan dalam air akan meninggalkan bekas hitam
pada kulit karena terbentuk Ag2O, karena itu pada
pembuatan AgNO3 tidak dilarutkan dalam air walaupun ia larut. Kecuali
pada resep obat wasir.
§
Phenol
Sebenarnya phenol mudah larut dalam air, tetapi dalam
salep tidak dilarutkan karena bekerja nya merangsang, juga tidak dapat diganti
dengan phenol liquefactum (campuran fenol dan air 77-81,5%). Jadi dikerjakan
seperti pada kamper dalam salep.
§ Bahan obat yang dalam salep tidak boleh dilarutkan ialah
Argenti Nitras, Phenol, Pyrogalol, Chrysarobin, Zinci Sulfas, Antibiotika,
Oleum Iecoris Aselli, Hydrargyri Bichloridum dan Stibii et kalii Tartras
Contoh – contoh resep :
R/
|
Kalii iodii
Lanolin
Ungt. Simplex
ad
m.d.s.u.e.
|
3
16
30
|
Penyelesaian : KI dilarutkan dengan air dari lanolin.
|
R/
|
Procain HCl
Aq. rosae
Adeps lanae
ZnO
Vaselin ad
m.d.s.u.e.
|
0,1
1
3
3
30
|
Penyelesaian :
-
Procain HCl
dilarutkan dengan aqua rosae
-
ZnO di ayak dulu
|
(3) Zat berkhasiat bentuk padat tak larut
Umumnya
dibuat halus dengan mengayak atau menjadikannya serbuk halus terlebih dahulu.
§ Belerang, tidak boleh diayak
§ Acidum Boricum, diambil yang pulveratum
§ Zinci Oxydum, harus diayak terlebih dahulu dengan
pengayak No. 100
(4) Zat berkhasiat berupa cairan
(a) Air
§ Terjadi reaksi, misalnya aqua calcis dengan minyak lemak
akan terjadi penyabunan. Untuk itu cara pengerjaannya adalah :
1.
Diteteskan
sedikit-sedikit
2.
Dikocok dalam
botol bersana minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.
Contoh resep R/
Zinc. Oxyd.
Oleum
Sesami
Aqua Calcis aa 10
Disini akan terjadi penyabunan Aqua Calcis dengan oleum
sesami.
§ Tidak terjadi reaksi
(i)
Jumlah sedikit,
diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai terserap oleh dasar salep.
(ii)
Jumlah banyak,
diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya dan berat airnya diganti dengan dasar
salep.
(b) Alkohol
§ Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit
sampai terserap oleh dasar salep.
§ Jumlah banyak :
(i)
Tahan panas,
misalnya Tinct. Ratanhiae dipanaskan diatas tangas air sampai sekental sirup atau 1/3
bagian, kehilangan beratnya diganti dengan dasar salep.
(ii)
Tidak tahan panas;
§ Diketahui perbandingannya maka diambil bagian-baguannya
saja, contohnya tinctura Iodii.
§ Tidak diketahui perbandingannya, diteteskan terakhir
sedikit demi sedikit.
Perlu diperhatikan bahwa kehilangan berat pelarutnya
hendaknya diganti dengan dasar salep. Bila dasar salep lebih dari satu macam,
maka harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salep tersebut.
Contoh:
R/
|
Tinct. Ratanhiae
Vaselin
Adeps Lanae
m.f.ungt.
|
6
20
10
|
Setelah Tinct. Ratanhiae dipanaskan beratnya menjadi 2 g, jadi kehilangan
berat sebanyak 4 g diganti dengan dasar salep yaitu vaselin dan adeps lanae
yang jumlahnya sesuai dengan perbandingan vaselin dan adeps dalam resep.
|
|
Vaselin
|
= 20
+ 20/30
x 4 = 22,667
|
|||
Adeps Lanae
|
= 10 + 10/30 x 4 = 11,333
|
|||
(c) Cairan kental
Umumnya dimasukkan
sedikit demi sedikit, contoh; Glycerin, Pix Lithantracis, Pix Liquida, Oleum
Cadini, Balsamum Peruvianum, Ichtyol, Kreosot.
(5) Zat berkhasiat berupa extractum
(a) Extractum Siccum
Pada umumnya larut
dalam air, jadi dilarutkan dalam air dan berat air dikurangi dasar salep.
(b) Extractum Liquidum
Dikerjakan
seperti pada cairan dengan alcohol.
(c) Extractum Spissum
Diencerkan
terlebih dahulu dengan air atau etanol.
(5) Lain-lain
(a) Naphtolum
Dapat larut dalam
Sapo Kalinus, kalau tidak ada sapo kalinus dikerjakan seperti kamfer.
(b) Bentonit
Berupa serbuk
halus yang dengan air membentuk massa seperti salep. Senyawa Aluminium Silikat
yang mengikat air. Cara pembuatan yang terbaik dengan menambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam air hangat (direndam dalam air, biarkan ± 1 jam) Salep dengan Bentonit dan air tidak tahan lama,
karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak memisah airnya.
F. Bahan
Yang Ditambahkan Terakhir Pada Suatu Massa
Salep
§ Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada masa salep yang
panas atau digilas terlalu lama dapat terjadi pemisahan.
§ Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan
campuran dari damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar
damarnya sedangkan minyak atsiri akan
menguap.
§ Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah
permukaan mortir menjadi licin.
§ Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang
dingin, sebab tidak bias campur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair
dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bias diserap dengan mudah oleh
dasar salep.
G. Pembuatan
Salep Dengan Cara Meleburkan
Bahan
dasar salep berbeda-beda konsistensinya. Dasar salep sering juga terbuat dari
dua bagian atau lebih yang konsistensinya berbeda. Untuk mendapatkan suatu
massa dasar salep yang baik, dicampurkan bahan-bahan sebagai berikut, misalnya
cera dengan minyak lemak, meskipun titik leburnya berbeda jauh dapat dilebur
dalam perbandingan-perbandingan tertentu sehingga diperoleh massa yang baik.
Umumnya
hampir semua bahan dilebur dalam cawan penguap diatas tangas air., sebagai
pengaduk digunakan pengaduk kaca atau spatel kayu. Banyak juga dari bahan-bahan
yang dilebur tersebut kurang bersih, maka disaring dengan kain kassa pada saat
bahan panas dan tentunya berkurang beratnya sehingga bahan-bahan yang dilebur
dilebihkan menimbangnya sebesar
10 - 20%.
Contoh salep yang dibuat dengan pelebaran :
1.
Unguentum Simplex (Ph. Ned. Ed. V
|
|||
R/
|
Cera flava
Ol. Sesami
|
30
70
|
2.
Simple ointment
|
|||
R/
|
Adeps lanae
Paraffin solidum
Ceto stearyl alc.
Vas.alba / flava
|
50
50
50
850
|
3.
Unguentum Leniens (F.N. 1978)
|
|||
R/
|
Cetaceum
Cera alba
Paraffin liq.
Natrii tetraborax
Aq.dest.
|
12,5
12
56
0,5
19 ml
|
Pembuatan :
-
Larutkan natrii
tetraborax dalam air
-
Lebur cetaceum,
cera dan paraffin, aduk hingga dingin
-
Campur keduanya
|
4.
Unguentum Iecoris Aselli ( Ph. Ned.)
|
|||
R/
|
Oleum Iecoris aselli
Cera flava
Vaselin flava
|
40
10
50
|
Pembuatan :
-
Lebur cera dan
vaselin
-
Terakhir campur
dengan oleum iecoris (oleum iecoris tidak dipanaskan)
|
H. Pastae
(pasta)
Menurut FI.
IV, pasta adalah sediaan semi padat yang mengadung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel fase
tunggal mengandung air, misalnya pasta natrium karboksimetilselulose. Kelompok
lain adalah pasta berlemak misalnya pasta zinc oksida, merupakan salep yang
padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung pada bagian yang diolesi.
Pasta
berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan dengan salep
karena tinggi kadar obat yang mampunyai afinitas terhadap air. Pasta ini
cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan
daya maserasi lebih rendah dari salep. Oleh karena itu pasta digunakan untuk
lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan
cairan.
Pasta gigi
digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal,
misalnya pasta gigi Triamsinolon asetonida.
Cara
pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu dengan kain kassa. Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube.
Pembuatan
pasta umumnya bahan dasar yang berbentuk setengah padat sebaiknya dicairkan
terlebih dahulu baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih
mudah bercampur dan homogen.
I. Cremores
(Krim)
Menurut
FI. IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air.
Krim
terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal.
Ada 2 type
krim yaitu krim type minyak air ( m/a) dan krim type air minyak ( m/a ).
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim type a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
koleterol dan cera. Sedangkan untuk krim type m/a digunakan sabun monovalen seperti
trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu
dapat juga dipakai tween, natrium laurylsulfat, kuning telu, gelatinum,
caseinum, CMC dan emulgidum.
Kestabilan
krim akan terganggu / rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan
atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan
jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai
pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben
(nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%.
Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube di tempat sejuk.
Penandaan pada etiket harus juga tertera “Obat Luar”.
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat
pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran
yang berbentuk krim.
Contoh resep :
R/
|
Acid. Stearas
Cera alba
Vaselin alba
TEA
Propilen glicol
Aq. dest.
m.f. ungt.
|
15
2
8
1,5
8
65,6
|
Pembuatan :
-
Lebur cera bersama
vaselin dan acid. Stearas.
-
TEA + propilen
glicol diilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan pada leburan tersebut di
atas.
|
R/
|
Bentonit
Glycerin
Aq.dest.
m.f.ungt
|
20
10
70
|
Pembuatan :
Taburkan bentonit dalam campuran aqua
dan glycerin hangat, aduk, biarkan sampai bentonit larut.
|
J. Gel ( Jelly)
Gel
merupakan semi padat yang terdiri dari susupensi yang dibuat dari partikel
anorganik kecil atau moleku organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika
massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan
sebagai system dua fase (gel Aluminium Hidroksida). Dalam system dua fase, jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar disebut Magma (misalnya
Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk
semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hla ini yertera
pada etiket.
Gel fase
tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (karbomer) atau dari gpm alam (tragakan). Walaupun gel-gel ini umumnya
mengandung air, etanol dan minyak dapat juga digunakan sebagai pembawa.
Contohnya minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk
membentuk dasar salep berminyak.
Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan dalam lubang
tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton. Penyimpanan dalam wadah tertutup
baik, dalam bermulut lebar terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
K. Linimenta (obat gosok / olesan)
Linimenta
adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetika dan zat yang mempunyai
sifat rubifasien, melemaskan otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat
luar. Pemakaian linimenta dengan cara dioleskan menggunakan kain flannel lalu
diurut.
Penyimpanan
dalam botol berwarna, bermulut kecil dan ditempat sejuk. Pada etiket juga
tertera “Obat luar”. Linimenta tidak dapat digunakan untuk kulit yang luka atau
lecet.
Cara pembuatan:
1.
Mencampurkan
seperti pada pembuatan salep, contohnya
Linimen Gondopuro (FN)
2.
Terjadi
penyabunan, contohnya Linimen Amoniak dan Lotio Benzylis Benzoas (FN)
3.
Terbentuk emulsi,
contohnya Peruvianum Emulsum I dan II
(FN)
Contoh resep :
Linimentum
Ammonia ( F.N. 1978)
|
|||
R/
|
Ammonia
Acid. oleinicum
Oleum sesami
|
20 ml
1 ml
70 ml
|
Pembuatan :
Oleum sesami
yang telah ditambahi acid. Oleinic. Dikocok dengan ammonia di dalam botol.
|
Linimentum
Methylis Salicylas
|
|||
R/
|
Methylis
salicylas
Menthol
Ol. Eucalypti
Ol.
Arachidis ad
|
25 ml
4 ml
10 ml
100 ml
|
L. Oculenta (Unguenta Ophthalmica / Salep
Mata)
Salep mata
adalah salep steril yang digunakan pada mata. Pada pembuatannya bahan
obat ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk steril termikronisasi pada
dasar salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptik ke dalam tube
steril.Bahan obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok. Tube
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1150-1160C, selama
tidak kurang dari 30 menit.
Sebagai
dasar salep sering digunakan dasar salep Oculentum simplex. Basis salep mata
yang lain adalah campuran Carbowax 400 dan Carbowax 4000 sama banyak.
Persyaratan salep mata :
1.
Salep mata harus
mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan
atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah
dibuka pada waktu penggunaan.
2.
Bahan obat yang ditambahkan
ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus.
3.
Harus bebas dari
partikel kasar dan memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep
mata.
4.
Wadah harus steril,
baik pada waktu pengisian maupun penutupan dan wadah harus tertutup rapat dan
disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Penyimpanan
salep mata adalah dalam tube steril dan di tempat sejuk, dan pada etiket harus
tertera “Salep mata”.
Oculentum
Simplex
|
|||
R/
|
Cetyl alcohol
Adeps lanae
Vaselini
Paraffin liq.
|
2,5
6
51,5
100
|
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Farmakope Indonesia ed III.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Farmakope Indonesia ed IV.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Farmakope Indonesia ed III.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Farmakope Indonesia ed IV.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
bro kalo salep dicampur dgn krim bs gak?
BalasHapus