Farmakokinetika
1. Pengertian
Farmakokinetika adalah segala proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotrans -formasi), dan ekskresi. Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu
ruangan besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh
membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi obat
dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena
proses ini tergantung pada lintasan obat melalui membran tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan
lipoprotein (lemak dan protein) yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi
dengan air . Membran dapat ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan
sukar dilalui zat-zat yang lain , maka disebut semi permeabel.
Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut dalam lemak dan tanpa muatan
listrik umumnya lebih lancar melintasinya dibanding kan dengan zat-zat hidrofil
dengan muatan (ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk
melintasi membran sel ada dua cara:
a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.
- Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran
misalnya air dan zat hidrofil.
- Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran
sel, contoh ion anorganik.
b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat
hidrofil (makromolekul atau ion) pada enzim pengangkut spesifik. Setelah
melalui membran, obat dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak
tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya: glukosa, asam amino asam lemak,
garam besi, vitamin B1,B2 dan B12.
2. Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dalam
menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsorpsi tidak menimbulkan
efek. Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi di
berbagai tempat pemberian obat , misalnya melalui alat cerna, otot rangka,
paru-paru, kulit dan sebagainya.
Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi
sel membran
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak
absorpsi.
5. Luas permukaan kontak
obat.
6. Bentuk sediaan obat
7. Cara pemakaian obat.
3. Distribusi.
Obat setelah diabsorpsi akan tersebar
melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus melalui membran sel agar
tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah melintasi membran sel
akan mencapai semua cairan tubuh baik intra maupun ekstra sel, sedangkan obat
yang sulit menembus membran sel maka penyebarannya umumnya terbatas pada cairan
ekstra sel .
Kadang-kadang beberapa obat mengalami
kumulatif selektif pada beberapa organ dan jaringan tertentu, karena adanya
proses transport aktif, pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang
lebih besar dalam lemak . Kumulasi ini digunakan sebagai gudang obat (yaitu
protein plasma, umumnya albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak).
Selain itu ada beberapa tempat lain
misalnya tulang , organ tertentu, dan cairan transel yang dapat berfungsi
sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat kesusunan saraf
pusat dan janin harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak dan sawar
uri. Obat yang mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah menembusnya.
4. Metabolisme (biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah
pengubahannya yang sedemikian rupa hingga mudah diekskresi ginjal,dalam hal ini
menjadikannya lebih hidrofil..
Pada umumnya obat dimetabolisme oleh
enzim mikrosom di retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme
molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit
yang lebih polar ini menjadi tidak larut dalam lemak sehingga mudah diekskresi
melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal (bioaktivasi),
tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bio-inaktivasi) atau sama
aktifitasnya.
Proses metabolisme ini memegang peranan
penting dalam mengakhiri efek obat
Hal-hal yang dapat mempengaruhi
metabolisme:
- Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih
cepat atau lebih lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih
kuat dari yang kita harapkan..
- Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
- Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki
faktor genetik tertentu yang dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada
pasien.
- Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan,
dapat mempercepat metabolisme (inhibisi enzim).
5. Ekskresi.
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari
tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni, dan dikeluarkan dalam
bentuk metabolit maupun bentuk asalnya.
disamping ini ada pula beberapa cara lain,
yaitu:
- Kulit, bersama keringat.
- Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama
berperan pada anestesi umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
- Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk
infeksi saluran empedu.
- Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur,
nikotin dari rokok dan alkaloid lain. Harus diperhatikan karena dapat
menimbulkan efek farmakologi atau toksis pada bayi.
- Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .
Komentar
Posting Komentar